Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Pendapat Saya Tentang Bagaimana Cara Mengatasi Kekarasan Dikalangan Mahasiswa dan Pelajar

Minggu, 02 Oktober 2011

Bagaimana Cara Mengatasi Kekarasan Dikalangan Mahasiswa dan
Pelajar

Kenakalan Remaja 

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada. 


Beberapa Faktor Terjadinya Kekerasan / Perkelahian :

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang r emaja terlibat perkelahian pelajar


  • Faktor internal
Remaja    yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dar i lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
 
  • Indikatornya
Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan car a tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

  • Faktor keluar ga

Rumah tangga      yang dipenuhi kekerasan (entah antar or ang tua atau pada anaknya) jelas ber dampak pada anak. Anak, ketika meni ngkat r emaja, belajar bahwa keker asan adalah bagian dari dir inya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan keker asan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik.

  • Indikatornya

Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total ter hadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Cenderung pasif tidak respon terhadap apa yang ada disekitarnya, serta tidak memiliki inisiatif untuk bertindak sendiri untuk lebih mandiri
  • Faktor sekolah

Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
indikatornya

Bila kegiatan di sekolah dirasa membosankan maka si anak akan mencari sebuah bentuk kegiatan lain yang di anggapnya pas untuk dirinnya. Dan celakanya bila kegiatan yang dipilih nantinya merupakan kegiatan negatif maka si siswa akan terjer umus dalam dunia hitam tersebut. Kegagalan dalam faktor sekolah tersebut biasanya terlihat dengan sering membolosnya siswa tersebut, dan terkenanya siswa tersebut dengan hal-hal jahat seper ti narkoba dan mir as.

  • Faktor lingkungan

Lingkungan di antar a rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang r emaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang ber kembang mendukung untuk munculnya per ilaku berkelahi.

  • Indikatornya

Perilaku siswa berubah karena terjalinnya interaksi antara suatu kelompok, sehingga identitasnya sebagai pribadi berbeda dengan saat dia berada dalam suatu kelompok. Bisa saja bila sendiri dia cenderung alim, sopan akan tetapi perilaku tersebut bisa ber balik apabila ia ber ada dalam komunitas yang buruk sikap dan per ilakunya.

Inilah beberapa opini saya tentang bagaimana cara megatasi kekerasan dikalangan  mahasiswa dan  pelajar ,sebagai berikut :
  •  Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukankoreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun.




  • Memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat    .
  • Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang ser ta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
  • Perkuat iman kita dengan rajin beribadah , agar hal-hal negatif pun dapat terhindar .



























0 komentar:

Posting Komentar